Langsung ke konten utama

Caraku Jatuh Cinta

Setelah apa yang terjadi baru-baru ini, kupikir jatuh cinta lagi itu hal terakhir yang akan kulalui.

Tapi kemudian, semesta mulai bermain peran dengan mempertemukan kami, tanpa aba-aba. Pertemuan kita biasa saja waktu itu, aku nyaris tidak menyadari kehadiranmu. Tetapi tak butuh waktu lama, kamu mulai memenuhi hari-hariku.

Tanpa dibuat-buat, tanpa sengaja, kurasa. Tapi sepertinya langit dan bumi bekerja sama untuk membuat perasaanku hidup lagi, padanya. Alam seolah mendukung, dan menghempaskanku pada perasaan berbunga yang fana itu.

Aku yang telah lelah, mencintai dia yang tak cinta, mendadak menatap penuh harap lagi.

"Sania! coba ceritakan dengan sederhana, bagaimana ia bisa membuatmu jatuh cinta."

Menggambarkannya? Bagaimana ya..

Memulainya saja, tidak kutemukan karena.

Dia bukan apa-apa, apalagi siapa-siapa, jadi terlalu beresiko kalau kusebut kita. 

Dia teman biasa, tapi aku malah menyukainya.

Tidak perlu apa dan bagaimana, aku hanya suka menatapnya tanpa kata untuk waku yang lama, rasanya akan ada jutaan cerita, jika kita bersama. Berada didekatnya, aku tidak tahu jalan ini menuju kemana, entah tersesat atau hilang sekalipun, tidak apa-apa, sejauh apapun itu, asal bersamanya.

Denganmu, kau ajarkan bahwa beberapa rasa dan asa, tidak selalu bermuara pada pemiliknya. Beberapa tumpukan rindu, hanya akan menjadi serpihan debu, sebab yang rindu hanya aku.

Karena yang ku tahu pasti hanyalah..

Dekatmu, tapi tidak eratmu.

Pelukmu, tapi tidak dekapmu.

Tawamu, tapi tidak cintamu.

Seringkali kau terasa seperti milikku, seringkali kau terlihat ingin kudapatkan, tapi kemudian mendadak hilang tanpa jawaban dan kepastian.

Tidak apa-apa.

Meski pada akhirnya nanti, kita tidak pernah bermuara pada suatu hubungan, sungguh tidak apa-apa, setidaknya semesta jadi saksi, bahwa aku pernah begitu bahagia saat bersamanya.

Untukmu yang mungkin membaca suatu saat nanti, memaksamu melabuhan perasaanmu padaku bukan bagian dari rencanaku mencintaimu, tapi ketahuilah, aku selalu merana dibalik kata tidak apa-apa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bhanu dan Akhir Bahagia

  “Mari kita akhiri sampai disini saja.” “M-maksudmu?” iris coklat mudanya melebar, raut bingung penuhi wajah eloknya. Gadis itu mendongak menatap pria jangkung disampingnya penuh tanda tanya. 180 cm, setinggi itu kira-kira, sementara dirinya, 15 cm lebih rendah. Bhanu. Matanya selegam arang, jembatan hidungnya tinggi dan garis rahangnya terukir jelas. Dengan badan yang cukup dengan massa otot dan bahu lebar yang tegap, pria ini adalah perwujudan dari bukti nyata bahwa Tuhan sedang bahagia ketika menciptakannya. Bhanu menatap gadisnya dengan seksama. “Aku tidak bisa melakukannya lagi, ini sangat melelahkan. Aku ingin berhenti menunggumu, khawatirkan keadaanmu, aku ingin hidup dengan tenang tanpa terusik olehmu.” Gadis yang rambutnya tersapu deru pantai itu terdiam dan bingung. “Bhanu, maaf—” “Kita menikah saja, Val.” Potongnya langsung. Gadis yang dipanggil Val itu terkejut bukan main, masih berusaha menjernihkan telinganya—takut-takut salah dengar. “Aku tidak bisa berh...

Cerita Pendek : Kisah Toko Buku

Halo!! Sebelum memposting cerpenku, kali ini aku mau cerita dikit ya? tepatnya tentang dari mana ide cerita ini muncul.  Jadi, di sore yang gelap, hujan dan penuh geludug, aku membuka halaman twitterku, dan menemukan sebuah thread yang didalamnya sudah ribuan orang me-retweet dan reply.  judul Theard itu adalah :  "KETEMU JODOH DI TOKO BUKU" Begitu aku membacanya, kepala gabut-ku yang mulanya mentok karena terserang writer block, mendadak mendapat pencerahan. setelah itu, malamnya aku langsung membuat cerpen ini, dua jam kemudian siap meskipun masih ragu untuk judulnya.  Terimakasih untuk akun twitter @federicakim telah memberikanku inspirasi yang begitu berharga.. Semoga orang itu memang jodohmu.. aamiin.. PS : nama, tempat, dan unsur lain dalam cerpen diubah dari cerita aslinya. Selamat Membaca! Kisah Toko Buku Rasa sakit tidak pernah peduli dengan seberapa besar perasaan kita terhadap seseorang. Dan kadang, rasa itu memb...

Rapuh

Ketika aku rapuh, kau datang merengkuh.. walau jatuh cinta bukan tujuanku, nyaman dekatmu bermuara pada perasaan itu. Kau terlalu sukar untuk kuabaikan, dan terlalu berat untuk kulewatkan. Kamu baik waktu itu, Meskti biasanya, aku tidak terjebak dengan cara-cara seperti itu, tapi berbeda kalau itu kamu. Kusadari, aku baru saja terperangkap, dan untuk Kembali, pintu itu sudah tidak ada lagi.   Dia hanya membutuhkanmu, nyaman dekatmu, senang candamu, bukan mencintaimu.   Tidak apa-apa, meski kita tak pernah jadi satu, setidaknya aku pernah begitu bahagia bersamamu.   Kadang, kau seperti milikku, Kadang, kau seperti orang asing yang hendak pergi dariku, Bagimu, aku memang sebecanda itu.